Pada pertemuan kesembilan ini, seluruh
mahasiswa Psikologi Universitas Tarumanagara pergi ke Kampung Betawi untuk
kegiatan fieldtrip. Sebelum pergi, kami diberikan kuliah terbuka secara singkat
mengenai Etos Kerja sebagai bekal kami selama acara di sana. Materi mengenai
Etos Kerja ini cukup memberikan manfaat bagi kelompok Spirit to Share guna
membantuk kami dalam pengerjaan tugas yang diberikan selama kami mengikuti
kegiatan Fieltrip. So, langsung disimak aja ya ! Semoga bermanfaat !
Manusia dan Etos Kerja
Latar belakang dan sejarah
Masyarakat
Yunani dan Abad Pertengahan
Pada masa Yunani kuno, kerja atau pekerjaan
kurang mendapat perhatian. Menurut Plato, jiwa manusia memiliki struktur yang
menyangkut 3 hal (rasionalitas atau pikiran, keberanian dan keinginan atau
kebutuhan) dimana yang tertinggi adalah
rasionalitas atau pikiran.
Dihubungkan dengan 3 pembagian kelas
yaitu:
1.
Para penasihat
2.
Para pembantu atau militer
3.
Para penghasil (petani, pengusaha , tukang kayu, niagawan, dsb.)
Segala aktivitas yang bersumber pada
akal budi adalah peringkat paling tinggi sedangkan yang paling rendah adalah
para penghasil yang sumber kegiatannya berasal dari kebutuhan.
Menurut Aristoteles, kerja yang berhubungan
dengan tubuh adalah kerja para “budak” dan orang bebas baginya adalah orang
yang menggunakan pikirannya untuk bertindak, bukan yang mengandalkan tubuhnya. Yang berharga adalah aktivitas intelektif
atau berpikir.
Sumber : http://persintaps.blogdetik.com/files/2011/11/thinking.jpg
Masyarakat
reformasi dan Industrialisasi
Pada masa protestanisme dan
industrialisasi, kerja mulai dianggap sebagai sesuatu yang penting.
Pada
masa protestanisme
Marx Weber: kerja adalah sarana untuk
mengembangkan pribadi dan dunia serta keselamatan jiwa
Calvin: kerja sebagai ungkapan rasa
memiliki terhadap kerjaan surge
Sumber : http://cdn.berdikarionline.com/2012/05/aksi-protes2-375x290.png
Pada
masa industrialisasi
Kerja tidak dilihat lagi sebagai
kerangka religious tapi sebagai kerangka humanisasi dan manusia mulai sadar dan
mengakui dirinya sebagai subjek
Pandangan beberapa tokoh
1.
John Locke
Pekerjaan menciptakan hak alamiah
3 argumen dasar Locke tentang kerja
sebagai suatu hal yang mendasar bagi manusia :
- kelekatan kerja pada tubuh manusia (kodrat)
- kerja merupakan perwujudan diri
manusia (otonom)
- kerja berkaitan dengan hidup (jalan
untuk mempertahankan hidup)
2.
Adam Smith
Kebudayaan adalah hasil kerja manusia
Ada 2 jenis pekerjaan :
Pekerjaan yang produktif (kaum tani, buruh)
Pekerjaan yang tidak produktif
(prajurit,politisi,ahli hukum)
Tiga alasan pentingnya pembagian kerja
:
-
perbaikan
kondisi hidup pekerja dan masyarakat ke arah yang lebih baik
-
Penghematan
waktu
-
Mendorong
penemuan baru yang mempermudah dan menghemat tenaga kerja
3.
George Wilhelm Friedrich Hegel
Pekerjaan adalah keseluruhan konteks
kegiatan manusia. Manusia menemukan diri apabila menyadari sepenuhnya apa yang
dikerjakannya. Kesadaran dapat
berbentuk kesadaran akan keakuan
manusia secara negative dan juga kesadaran bahwa tanpa objek, manusia
tidak memiliki kesadaran
4. Karl Marx
pencapaian kenyataan manusia hanya
bisa terjadi melalui pekerjaan melalui aspek sosial dan historis. Hasil kerja
manusia tidak saja dinikmati sendirinya tapi juga dirasakan oleh orang lain di
berbagai zaman.
Sejarah kerja
Sekitar
2600 tahun yang lalu di Yunani
Hesiodotus : kerja adalah isi utama
dari kehidupan manusia
Di
Erope pada abad ke 14
Para Rahib Benediktin bekerja di
ladang dan sawah bergantian dengan mereka berdoa. Kerja tangan sama sucinya
seperti orang berdoa
Berbagai macam level manusia sesuai
dengan pekerjaannya menurut Plato:
1.
Pada masa perbudakan : kerja merupakan perubahan derajat / strata
manusia
2.
Sisi lain : kerja adalah sesuatu yang rendah
Pada
abad 17 dan 18
John Locke : pekerjaan merupakan
sumber untuk memperoleh hak milik pribadi
Hegel : pekerjaan membawa manusia
menemukan dan mengaktualisasikan dirinya
Karl Marx : pekerjaan merupakan sarana
untuk menciptakan diri
Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdlpNLryFMvuD60l0YN4EmC2YViH7Ev4ooEw8cgwXIh8xrpX7z1rYs-5bWpGcZ6Ucyvo_acKvuSbwwgnnqJ6EE6Jxl7Rrz44jYZpS4SP9HOi-ZE9Llv-zrAXKWMfYninqVS8amXl3hErnC/s1600/kerja.jpg
Hakikat kerja
Kerja adalah wadah bagi pembentukan
diri manusia dalam membangun dunianya
H. Arvon menyebutkan 3 faktor yang
menilai apakah sebuah kegiatan dapat disebut bekerja:
1.
Keterlibatan dimensi subjek secara intensif
2.
Hasil yang bermanfaat
3.
Mengeluarkan energy
Kerja / pekerjaan adalah segala
kegiatan yang direncanakan, melibatkan pikiran dan kemauan yang sunugguh –
sungguh serta memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai
Kerja
manusia vs kerja Hewan
Perbedaan :
Jenis
energy yang dikerahkan
Hewan : energy fisik
Manusia : energy psikis & energy
spiritual
Hasil
kerja
Hewan : untuk keperluan bertahan hidup
& kebutuhan biologisnya
Manusia : lebih dari sekedar kebutuhan
psikisnya, juga kebutuhan spiritualnya
Dorongan
kerja
Hewan : naluri
Manusia : manusia menentukan diri di
dalamnya, punya pilihan bekerja
Elemen
kerja
- Elemen subjek : potensi / kekuatan
yang melekat dalam diri manusia
- Elemen objek : pendukung untuk
merealisasikan pikiran, rencena serta kehendaknya
Peran
istimewa tangan
1.
membagi,
memegang dengan kuat, mendorong dan menarik
2.
menghadirkan
apa yang ada di dalam pikiran seseorang
3.
berhubungan
dengan inteligensi
Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg31jTL-6BEPA5psYkGmWixgU1AA_7La04uwddwHtdYaV5WStme6nHMNfEfW1M9ogRCkZLGL1RbJJBrWJNkuLw69pk_jIdF7NtfYWFFIN_34MfbVt491cdZBiaKM2Eo0TDpgL8LlQl0wb4/s1600/TDA.jpg
Dimensi
kerja
a. Dimensi personal
Lewat kerja, manusia menunjukkan nilai
kemanusiaanya, membuktikan diri sebagai manusia, dan mengungkapan keunikan dan
totalitas diri setiap pribadi
b. Dimensi social
Kerja sebagai sarana perwujudan
kepedulian setiap pribadi kepada orang lain. Pekerjaan merupakan jembatan
antara umat manusia dari satu zaman ke zaman berikutnya (aspek historis)
c. Dimensi etis
Nilai – nilai etis yang dikandung atau
dituntut dalam kerja :
1.
Keadilan
2.
Tanggung jawab
3.
Kejujuran
Etos kerja
Menurut Usman Pelly :
Etos kerja adalah sikap yang muncul
atas kehendak dan kesadaran sendiri yang disadari oleh sistem orientasi nilai
budaya
Menurut Toto Tasmara :
Etos kerja adalah totalitas
kepribadian dirinya serta carnya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan
makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang
optimal sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia
dengan mahluk lainnya dapat terjalin dengan baik
Hal – hal penting yang berhubungan
dengan etos kerja :
1.
Orientasi ke masa depan
2.
Menghargai waktu dengan adanya disiplin waktu
3.
Tanggung jawab
4.
Hemat dan sederhana
5.
Persaingan sehat
Secara umum :
Etos kerja adalah penggerak perbuatan
dan kegiatan individu sebagai seorang pengusaha
Fungsi
etos kerja
1.
Pendorong timbulnya perbuatan
2.
Penggairah dalam aktivitas
3.
Penggerak
Cara
menumbuhkan etos kerja
1.
Menumbuhkan sikap optimis
2.
Jadilah diri anda sendiri
3.
Keberanian untuk memulai
4.
Kerja dan waktu
5.
Konsentrasi dan focus pada pekerjaan
Sumber : http://radarsukabumi.com/wp-content/uploads/2013/09/Emoticon-GRAFIS-AHIRA-MYUGI-RADAR-.jpg
Kerja bermartabat
Kerja bermartabat adalah komitmen
setiap organisasi untuk membangun lingkungan kerja yang kondusif dan positif
sedemikian rupa sehingga terbangun hubungan kerja yang manusiawi
Hak seorang pekerja dalam lingkungan
kerja yang bermartabat :
1.
Diperlakukan secara bermartabat
2.
Bekerja dalam lingkungan atau suasana kerja yang bebas dari kekerasan
dan pelecehan
3.
Bebas dari ketakutan dan diskriminasi
4.
Menerima penghargaan atas keterampilan dan kemampuan profesionalnya
5.
Menerima penghasilan yang layak
Menurut Kasdin Sitohang :
Manusia tidak sekedar bekerja, tetapi
juga berkarya dan mewujudkan dirinya secara utuh. Kode etik profesi dapat
diandalkan sarana / prinsip – prinsip moral (prinsip kejujuran, tidak
berperilaku buruk, tidak melanggar hukum, berperilaku adil dan proporsional)
Sumber : http://embekabe.blog.com/files/2012/04/cropped-MBKB.jpg
Etos kerja di Jerman: Mittelstand
10 tahun lalu perusahaan – perusahaan
Jerman menolak untuk melakukan investasi finansial di bursa-bursa saham untuk
meraup keuntungan secara cepat dan masih giat memproduksi berbagai bentuk
barang (kuno dan konservatif). Saat Eropa krisis hutang, ekonomi Jerman
surplus, ekspor meningkat dan angka pengangguran terendah. Hal ini dikarenakan Mittelstand
(kelas menengah) memiliki etos kerja radikal, spesialisasi, familiaritas,
kejujuran, konservatisme keuangan, investasi pada manusia, dan pemerintah yang
kompeten
Etos
kerja dan spesialisasi
Semboyan yang terkenal adalah “Work
hard, play hard” (etos kerja radikal). Salah satu kunci keberhasilan ekonomi
Jerman adalah spesialisasi produk dari setiap daerah yang sesuai dengan
kekhasan mereka masing - masing
Familiaritas
dan Konservatisme
Contoh perusahaan – perusahaan dengan
bisnis Mittelstand :
1.
Pabrik sepatu Meindl :
Kekeluargaan yang tidak merusak
produktivitas, malahan perusahaan ini eksportir besar sepatu ke Eropa dan AS
2.
Pabrik mobil Audi :
Familiaritas antar pekerja maupun
dengan pemimpin, dampaknya perusahaan ini bermutu tiinggi dan berorientasi
internasional
Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib3aeYeUD4m-OowtKatpAafs4CvpyxlSlpU3PcARG3f6k_zArgBFJLg_zslaifxqNs-T2U3p4d8lf7SlPOWYPmo8Cm0f4U4LnbV4OXY4TLrAD1MBWoDK4uRlwqwwu2J3d0QFqy5MjApuxk/s1600/Mobil+Audi.jpg
Pabrik yang menerapkan kebijakan jujur
dan konservatif yaitu tidak mau mendapatkan uang cepat karena bermain saham,
menipu bank serta yang menggunakan prinsip Mittelstand yang walaupun terkesan
kuno namun mampu menggiring perusahaan – perusahaan tersebut berhasil.
Peran
pemerintah
Pemerintah jerman yang amat birokratis
dan semi paranoid demi alasan keamanan dan untuk melindungi orang orang yang
ingin meminjam uang di bank sehingga mereka tidak terlilit hutang yang tidak
mampu dibayarnya nanti
Kesimpulan
keseluruhan tentang Jerman
Etos kerja radikal, spesialisasi kerja
dan produksi, familiaritas dan kejujuran, konservatisme keuangan, investasi
pada manusia dan pemerintah yang kompeten adalah roh dari Mittelstand Jerman
yang membuat Negara kecil tersebut bertahan di tengah krisis – krisis finansial
dunia.
Sumber : Materi dosen KBK Filsafat
Universitas Tarumanagara tentang Etos Kerja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar